Banyak yang bertanya, terutama yang baru bergabung mempertanyakan : "Yang bener kongkrit apa konkrit sih, apa konkret?"
Bila mengikuti EYD, seharusnya
kata yang tepat digunakan adalah konkret. Sebagai ungkapan atas kerja yang
realistis, berkesan cepat dan straight to
the point. Setidaknya begitulah motif para founder komunitas ini ketika berniatan hendak membentuk sebuah
perkumpulan yang secara aktif dan masif melakukan hal kecil yang sederhana dan
belum tergarap oleh lembaga-lembaga (kemahasiswaan khususnya) yang sudah ada.
Lalu kenapa kata yang dipilih
‘Kongkrit’ bukan konkret seperti seharusnya?
Setidaknya pula itulah yang jadi simbol
bahwa yang jadi perhatian utama member
di komunitas ini bukan formalitas, tapi adalah aktualisasi. Kata kongkrit
adalah pelafalan verbal yang mengalir begitu saja dari mulut siapapun yang
mengucapkan. Yang terdengar persis seperti yang diucapkan. Beda halnya ketika
dalam bentuk formalnya yang sesuai KBBI yaitu konkret. Yang tertulis dan
terbaca berbeda dengan yang dilafalkan dan didengar.
Namun ini bukan berarti komunitas
kongkrit menafikan formalitas karena esensinya hal tersebut untuk beberapa
urusan mendasar seperti struktur, birokrasi dan administrasi tetaplah krusial. Setidaknya,
maksud dari pemilihan kata ‘kongkrit’ bermakna bahwa ‘realisasi’ harus jadi ‘mainstream’ dalam benak para member.
Sehingga pada praktiknya, seakan
kami semua sepakat pada klausul :
“Jangan terpaku pada pola yang sudah biasa,
karena akan lama. Bila tak ada dana, pakai kantong sendiri. Sebab ketika sudah
dibagi dan berkah, pasti akan kembali dan bertambah lagi.”
Sehingga dengan berpijak pada
‘idealisme’ yang demikian, Komunitas ini dapat berjalan hingga sekarang sejak
20 November 2014 lalu. Dimotori 11 orang, jalan 9 bulan telah beranggotakan 88
orang di Bogor, serta beberapa orang lagi di Komunitas Kongkrit chapter Bukit Barisan (Medan), memiliki beberapa
donatur tetap, serta beberapa aktifitas yang rutin bergulir tiap minggunya.
salam,
No comments:
Post a Comment