Friday 10 July 2015

BERBAGI : Kebaikan yang Menular



Sebelum masuk Ramadhan 1436, saya dan istri sudah merencanakan apa-apa saja yang mesti kami perbuat selama sebulan itu. Selain berupa aktifitas vertikal dengan menaikkan level ibadah sehari-hai, juga tak lupa memberi porsi untuk aktifitas horisontal.
Ada beberapa aktifitas horisontal yang sudah Istri oret-oret di catatan. Namun saya masih merasa kurang greget dengan sesuatu. Apa itu?

Dulu sewaktu masih kecil dan tinggal di Bandung, saya masih ingat betul dengan berbagai hal yang menyenangkan yang terjadi. Termasuk dengan tetangga-tetangga yang bahkan beberapa namanya masih bisa saya ingat hingga sekarang. Ya, masih diingat. Jika lupa nama minimal ingat wajah. Juga biarpun lupa wajah dan nama, saya masih ingat betul apa yang sering mereka lakukan. Sehingga mereka jadi terkenang dan jadi bagian dari masa lalu yang menyenangkan.

Lalu apa yang mereka lakukan?BERBAGI.
Ya, sederhana sekali. Saya ingat ada sepasang kakek nenek yang biasa berjualan donat dan dititip ke warung-warung, termasuk warung Ibu Saya. Sorenya ketika diambil, bila ada sisa selalu Ibu itu beri pada kami, pada saya, atau pada tetangga lain. Namun tak hanya seperti itu. Bila tak jualan pun, Nenek satu ini rajin sekali membagikan donat buatannya pada tetangga.

Nah, secuplik memori itu kemudian membuat saya jadi merasa kehilangan dengan atmosfer Berbagi yang sudah lama tak terasa. Sehingga diantara aktifitas-aktifitas horisontal yang kami rencanakan, saya menyampaikan pada istri bahwa harus ada beberapa hari selama Ramadhan yang disitu kami harus memberi hidangan pada tetangga. Bila tak sempat masak sendiri, tak apa membeli. Yang penting ada yang harus dibagi pada tetangga.

Nah, alhamdulillah ketika dilaksanakan memang rasanya ada dinding besar yang seakan-akan rubuh seketika. Dinding besar itu membendung ego, menghalangi rasa sayang, menghalangi pandangan ke sekitar. Ketika dilakukan, seakan-akan baru ingat bahwa kita punya tetangga. Baru tahu ketika ternyata di salah satu rumah ada Ibu yang sedang sakit, baru tau ternyata tetangga yang rasanya berwajah datar itu bisa senyum juga, baru sadar ternyata kami sudah banyak lalai pada lingkungan sekitar.

Mudah-mudahan dengan aktifitas horisontal itu, ada kebaikan yang tersambung hati ke hati. Bila sudah demikian, mudah-mudahan kebaikan akan merambah, menular.
Saya jadi teringat ketika acara Launching Komunitas Kongkrit.
Ketika itu saya memberi prolog singkat dengan menceritakan inti dari film Pay It Forward. Film yang cukup jadul, namun sarat dengan pesan sosial yang penting.

Ada sebuah tugas yang diberikan oleh Eugene Simonette (cast : Kevin Spacey) pada murid-murid di kelasnya. Tugas yang cukup unik :
"Think of an idea for change our world and put in into ACTION!"
 Pada harinya, semua murid kemudian mempresentasikan ide-ide merekea. Ada yang menyampaikan science project, ada yang masih bingung dengan tugasnya, dan macam-macam ide khas anak sekolah dasar. Kemudian ada salah seorang anak yang memberikan ide agak lain di kelas itu. Trevor McKinney (cast : Haley Joel Osment) menyampaikan sebuah ide dengan dasar Social Project.
Trevor mengutarakan ide yang unik. Ia menyebutnya Pay It Forward. Konsepnya, setiap orang harus menolong dengan sepenuh hati 3 orang lain yang benar-benar tengah memerlukan bantuan dan tiga orang itu diberi syarat untuk membalas kebaikan yang mereka terima dengan sepenuh hati melakukan kebaikan pada 3 orang lain yang memang benar-benar memerlukan bantuan.

Ide unik inilah yang kemudian jadi alur utama dalam film. Membawa Trevor pada hari-hari dramatik membuktikan idenya bahwa kebaikan pasti bisa menular. Meski berujung tragis dengan kematian Trevor, namun idenya ternyata membuahkan hasil dan 'Pay It Forward' menjadi gerakan sosial yang masif baik dalam film maupun di dunia nyata.

Sekali lagi, ini bukti kebaikan memang mampu menciptakan atmosfer menyenangkan. Kemudian kondisi menyenangkan tersebut dapat membawa orang pada banyak pilihan berikutnya yaitu ikut berbuat baik dengan segala macam bentuknya. Sehingga wajar bila ada yang senyum sumringah, ada yang membalas dengan kebaikan yang sama, ada yang jadi lebih rutin menyapa, dan sebagainya.

Empathic Emotion Regulation (EER). Kurang lebih begitulah istilah psikologi yang saya temui dalam sebuah jurnal mengenai efek dari food sharing. Berbagi makanan, dalam jurnal tersebut diterangkan bisa memantik efek timbal balik (reciprocity) positif berupa EER. Biarpun tidak memantik EER, jurnal tersebut menerangkan juga bahwa setidaknya dengan berbagi, ada semacam kemajua evolutif yang bisa membawa manusia menjadi spesies yang lebih tinggi levelnya daripada ketika manusia hanya saling diam tak berbagi.

Maka berbagilah, sedikit ataupun banyak.
Berbagilah, saat lapang maupun waktu terhimpit.
Berbagilah, dibalas maupun tidak.

Berbagi, adalah cermin
yang disana kita bisa lihat :
di hati kita masih ada iman atau hanya daging yang tergeletak.


[roSe]







No comments:

Post a Comment