Sunday 25 October 2015

AKSI SOLIDARITAS



TIGA bulan ASAP membayangi Sumatera dan Kalimantan, bahkan kini telah muncul titik-titip api di kawasan timur Indonesia. Kepulan Asap sendiri telah mulai dirasakan di Sulawesi dan di Jakarta.

Mari hentikan segala cacian dan tudingan, biarkan tim khusus & legal menelisik para oknum.
Mari fokuskan energi untuk aksi konkret yang solutif.
Komunitas Kongkrit chapter Bogor bekerjasama dengan elemen-elemen mahasiswa pascasarjana & elemen mahasiswa lainnya mengundang rekan-rekan di IPB khususnya untuk mengikuti:


💥Aksi Solidaritas💥
#IPBLawanAsap

Mengundang Seluruh Civitas Akademik IPB 
Untuk Berkolaborasi Bersama dalam Kegiatan Penggalangan Dana Bencana Asap Di Indonesia pd : 
📆 Senin, 26 Oktober 2015
⏰ 06.30 (Kumpul di GWW)
🏠 Dua Titik. (Parkiran dan Berlin)

👔 Pakaian : Rapi + Almamater+ Masker 😷

Ayo Berkolaborasi Bersama Untuk Indonesia

✊🏻Hidup Mahasiswa✊🏻
#IPBLawanAsap

By. Forum Wacana IPB, HIMMPAS IPB, Himawipa IPB, BSC, Komunitas Kongkrit, Forum Mahasiswa Pascasarjana Indonesia...
Cp : 085241468116 (Korlap.Aksi)


Sunday 11 October 2015

Komunitas Kongkrit Menarik Hatiku (Sebuah Aksi Kecil #MelawanAsap)

Goresan mentari mulai menyeruak ke langit-langit pagi ini. Hari ini komunitas kami akan melaksakan aksi penggalangan dana bagi korban bencana asap di Sumatra dan Kalimantan. Berbagai persiapan sudah dilakukan seminggu sebelum hari-H. Kali ini kami membuka bazar pakaian murah di sekitar kampus. Sebelum pakaian tersebut dijual, para WKK (Wanita Komunitas Kongkrit) dan PKK (Pemuda Komunita Kongkrit) saling membantu untuk mengangkut, membersihkan dan merapikan pakaian di salah satu rumah relawan. Tidak tanggung-tanggung, pemilihan lokasi yang strategis juga menjadi perhitungan penting bagi agenda kami hari ini. Pagi ini, atribut-atribut lain yang diperlukan telah dipersiapkan.
Satu persatu para relawan Komunitas Kongkrit berdatangan di area pelataran GWW (Graha Widya Wisuda) IPB. Sesaat baru memulai menggelar dagangan kami, para ibu-ibu dan teteh-teteh yang akan melaksanakan senam langsung mengelilingi kami. Beberapa ada yang hanya sekedar melihat dan juga tidak sedikit yang berminat untuk membeli. Tawar-menawar terjadi. Tak lupa pula kami sampaikan kepada mereka bahwa hasil penjualan pakaian ini 100% akan disumbangkan untuk korban bencana asap di Sumatra dan Kalimantan. Yah! Memang harus diperjelas peruntukan kegiatan kami kepada masyarakat. Beberapa orang juga ikut memberikan sumbangan langsung untuk korban bencana asap. Selain beberapa karung pakaian yang telah dijual, adapula beberapa kardus pakaian dari para donatur yang masih berdatangan. Kami pun semakin bersemangat untuk mempromosikan jualan pagi ini. Sesaat bazar kami pun sepi, karena kebanyakan pelanggan merupakan peserta senam. Setelah kegiatan senam usai, stand kami mulai didatangi oleh ibu-ibu dan teteh-teteh bahkan kakek-kakek. Ada yang ikut membeli, ataupun hanya sekedar melihat-lihat karena ramai para mahasiswa, pakaian dan banner #MelawanAsap seta #KomunitasKongkrit terpajang di sekitar mereka. Matahari mulai naik, para pembeli mulai meninggalkan kami satu persatu. Pakaian yang masih tersisa mulai dilipat satu persatu oleh para relawan WKK. Sesaat itu, tiba-tiba ada seorang bapak dengan pakaian yang sangat nyentrik menggunakan motor matic-nya datang menghampiri kami. Ia menanyakan apa yang kami jual beserta kisaran harga yang kami tawarkan. Ia juga menanyakan perihal kegiatan yang sedang kami lakukan. Gaya bicaranya yang khas dan dan kalimat unik selalu muncul setiap saat selesai memilih baju yang kami tawarkan dan pas menurutnya. “menarik hatiku” katanya sambil mengembalikan pakaian yang dirasanya cocok untuk ia kenakan. Kami pun tersenyum-senyum melihat bapak ini yang semangat membeli pakaian murah yang kami tawarkan. Di antara para pembeli lainnya, bapak inilah yang paling banyak membeli dagangan kami hari ini. Sebagai pelanggan terakhir kami yang juga sangat unik, kami mengabadikan momen ini bersamanya. Sebelum si bapak beranjak pergi, ada do’a yang saling kami selipkan satu sama lain. Terima kasih Allah, Engkau tutup kegiatan Komunitas Kongkrit hari ini dengan semangat dan keceriaan melalui si bapak ‘Menarik Hati’ dan kami tahu bahwa Komunitas Kongkrit juga masih mampu menarik hati bagi para hambanya yang ingin berbagi. (fsf)

Friday 10 July 2015

Volunteer Notes : Testimoni Berbagi Bersama KK

Siang itu, beberapa hari menjelang bulan Ramadhan saya asyik membaca  baca artikel di internet, Berharap ada ilmu baru yang bisa saya ambil dan saya petik  dengan membaca informasi informasi yang ada di internet.

Dan tiba tiba tak sengaja saya membaca sebuah artikel yang menurut saya luar biasa, artikel itu memuat tentang kegiatan kemanusiaan, kegiatan berbagi dengan lingkungan sekitar.

Yang saya baca disini : http://www.kompasiana.com/achmadsiddikthoha/menyerap-inspirasi-dari-deryl-anak-pasangan-tunanetra-yang-cerdas_552ff3c66ea8340b738b45b4

Saat itu saya begitu tenggelam membacanya, menelusuri kata demi kata yang  begitu membuka mata hati saya, dan saya pun terpana ketika ternyata kegiatan sosial yang mereka lakukan adalah di Lingkungan yang tak jauh dari tempat tinggal saya, diri ini serasa tersadarkan dan mendapat tamparan hebat, Malu rasanya pada diri, ketika mereka begitu peduli dengan orang orang di lingkungan yang tak jauh dari  tempat tinggal saya. Sedangkan saya mungkin sama sekali tidak tahu keberadaan mereka, malah mengetahuinya  lewat media.

Tulisan Pak  Achmad Siddik Thoha, berhasil mengguncang nurani, begitu menginspirasi dan membuat mata ini meleleh, jujur saat itu saya menangis membacanya, diri ini seolah dibangunkan dari tidur saya yang begitu panjang.

Itulah kekuatan sebuah tulisan, ternyata sebuah tulisan mampu memainkan perasaan para pembacanya, membuat seseorang yang membacanya tersadarkan, berintropeksi diri, berdecak kagum, menarik pelajaran dan lain sebagainya.

Saya pun kembali mencari tulisan tulisan Pak Achmad Siddik Thoha, dan membacanya perlahan, dan lagi lagi saya membaca sebuah tulisan tentang kegiatan kemanusiaan.

Disini :

BERBAGI : Kebaikan yang Menular



Sebelum masuk Ramadhan 1436, saya dan istri sudah merencanakan apa-apa saja yang mesti kami perbuat selama sebulan itu. Selain berupa aktifitas vertikal dengan menaikkan level ibadah sehari-hai, juga tak lupa memberi porsi untuk aktifitas horisontal.
Ada beberapa aktifitas horisontal yang sudah Istri oret-oret di catatan. Namun saya masih merasa kurang greget dengan sesuatu. Apa itu?

Dulu sewaktu masih kecil dan tinggal di Bandung, saya masih ingat betul dengan berbagai hal yang menyenangkan yang terjadi. Termasuk dengan tetangga-tetangga yang bahkan beberapa namanya masih bisa saya ingat hingga sekarang. Ya, masih diingat. Jika lupa nama minimal ingat wajah. Juga biarpun lupa wajah dan nama, saya masih ingat betul apa yang sering mereka lakukan. Sehingga mereka jadi terkenang dan jadi bagian dari masa lalu yang menyenangkan.

Lalu apa yang mereka lakukan?

Friday 3 July 2015

Kongkrit bukan Konkret

Banyak yang bertanya, terutama yang baru bergabung mempertanyakan : "Yang bener kongkrit apa konkrit sih, apa konkret?"

Bila mengikuti EYD, seharusnya kata yang tepat digunakan adalah konkret. Sebagai ungkapan atas kerja yang realistis, berkesan cepat dan straight to the point. Setidaknya begitulah motif para founder komunitas ini ketika berniatan hendak membentuk sebuah perkumpulan yang secara aktif dan masif melakukan hal kecil yang sederhana dan belum tergarap oleh lembaga-lembaga (kemahasiswaan khususnya) yang sudah ada.





Lalu kenapa kata yang dipilih ‘Kongkrit’ bukan konkret seperti seharusnya?

Setidaknya pula itulah yang jadi simbol bahwa yang jadi perhatian utama member di komunitas ini bukan formalitas, tapi adalah aktualisasi. Kata kongkrit adalah pelafalan verbal yang mengalir begitu saja dari mulut siapapun yang mengucapkan. Yang terdengar persis seperti yang diucapkan. Beda halnya ketika dalam bentuk formalnya yang sesuai KBBI yaitu konkret. Yang tertulis dan terbaca berbeda dengan yang dilafalkan dan didengar.

Namun ini bukan berarti komunitas kongkrit menafikan formalitas karena esensinya hal tersebut untuk beberapa urusan mendasar seperti struktur, birokrasi dan administrasi tetaplah krusial. Setidaknya, maksud dari pemilihan kata ‘kongkrit’ bermakna bahwa ‘realisasi’ harus jadi ‘mainstream’ dalam benak para member.

Sehingga pada praktiknya, seakan kami semua sepakat pada klausul : 
“Jangan terpaku pada pola yang sudah biasa, karena akan lama. Bila tak ada dana, pakai kantong sendiri. Sebab ketika sudah dibagi dan berkah, pasti akan kembali dan bertambah lagi.”


Sehingga dengan berpijak pada ‘idealisme’ yang demikian, Komunitas ini dapat berjalan hingga sekarang sejak 20 November 2014 lalu. Dimotori 11 orang, jalan 9 bulan telah beranggotakan 88 orang di Bogor, serta beberapa orang lagi di Komunitas Kongkrit chapter Bukit Barisan (Medan), memiliki beberapa donatur tetap, serta beberapa aktifitas yang rutin bergulir tiap minggunya.
salam,
"Nyata Berbagi"



[roSe]

Sunday 24 May 2015

Mengembangkan Komunitas dengan Menjadi Lateralis

Adakah diantara rekan sekalian yang tahu Visual Cerdas Indonesia?

Hmm.. mungkin hampir semua mengetahui namanya pun baru dari tulisan ini. Visual Cerdas Indonesia adalah sebuah TEROBOSAN. Wadah yang dikemas sangat kreatif yang menghubungkan komunitas desainer dengan komunitas pengajar. Sehingga, para pengajar yang sadar dengan kebutuhan sarana ajar yang kreatif dapat memperolehnya melalui para desainer yang dengan kesadaran menyisihkan waktu mereka untuk mendesain sarana visual yang menarik sebagai sarana ajar.

Sederhana sebetulnya. Hanya saja butuh kreatifitas.

Kreatifitas telah membawa banyak manusia pada lompatan prestasi. Ya, lompatan.
Tentu kawan-kawan sekalian akan dengan mudah membedakan mana 'jalan' mana 'lompat'. Jalan adalah akumulasi dari langkah kaki yang hampir konsisten, sistemik dan linier. Namun lompat, adalah momentum yang hanya akan bisa dilakukan oleh mereka yang tahu persis bagaimana berjalan dengan baik. Mengelolanya dulu sebelum melakukan lompatan, apakah perlu dilakukan dengan mempercepat jalan (lari) atau bisa dilakukan secara langsung.

Lalu apa hubungannya dengan kreatifitas?

Friday 22 May 2015

Mari, Nyata Berbagi!


Saya boleh jadi bukan termasuk yang gemar sibuk melakukan kegiatan sosial ini itu. Membaur dengan banyak orang, berkoordinasi, dan sebagainya dan sebagainya. Tapi saya sadar betul, bahwa sebagai sebuah entitas, kita (manusia) mesti memiliki jejak yang tertinggal saat kita telah tiada.

Jejak itu bisa macam-macam bentuknya. Nama yang terkenang karena ketenaran, temuan yang digunakan oleh banyak orang, harta yang berjejal di rekening, dll.
Namun karena bukan Nabi apalagi Superman, kita mesti memilih dari sisi mana akan meninggalkan jejak. Jejak yang rumit. karena kita ingin jejak itu ada sementara kita telah tiada.

Tidak semua orang punya prestasi sosial yang baik. Tidak semua juga punya kekayaan yang cukup. Tidak semua bisa melakukan apa yang diinginkan, karena satu dan lain hal.
Tapi satu hal yang pasti, setiap orang mampu untuk berbuat sesuatu yang akan meninggalkan jejak bertahun lamanya bahkan kala keberadaan mereka pupus dari semesta.

Apa itu?